Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2015

Memberi Kepada Orang Lain

Di sebuah kota tinggallah dua orang bijak yang sudah hidup bersama selama 30 tahun. Selama itu mereka belum pernah sekalipun bertengkar. Suatu hari seorang dari mereka berkata, ''Tidakkah kau berpikir bahwa inilah saatnya kita bertengkar, paling tidak sekali saja?'' Kawannya menyahut, ''Bagus kalau begitu! Mari kita mulai. Apa yang harus kita pertengkarkan?'' Orang bijak pertama menjawab, ''Bagaimana kalau sepotong roti ini?'' ''Baiklah, marilah kita bertengkar karena roti ini. Tapi, bagaimana kita melakukannya?'' tanya orang bijak kedua. Orang bijak pertama lalu berkata, ''Roti ini punyaku. Ini milikku semua.'' Orang bijak kedua menjawab, ''Kalau begitu, ambil saja.'' Para pembaca yang budiman, alangkah damainya dunia ini kalau kita semua berperilaku seperti dua orang bijak tersebut. Coba Anda renungkan!.  Kita suka meminta, tapi sayangnya kita tak suka memberi. Bahasa kita seha

Hanya Cinta

Pagi itu klinik sangat sibuk. Sekitar jam 9:30 seorang   pria berusia 70-an datang untuk membuka jahitan pada luka di ibu-jarinya. Aku menyiapkan berkasnya dan memintanya menunggu, sebab semua dokter masih sibuk, mungkin dia baru dapat ditangani setidaknya 1 jam lagi. Sewaktu menunggu, pria tua itu nampak gelisah, sebentar-sebentar melirik ke jam tangannya. Aku merasa kasihan. Jadi ketika sedang luang aku sempatkan untuk memeriksa lukanya, dan nampaknya cukup baik dan kering, tinggal membuka jahitan dan memasang perban baru. Pekerjaan yang tidak terlalu sulit, sehingga atas persetujuan dokter, aku putuskan untuk melakukannya sendiri.. Sambil menangani lukanya, aku bertanya apakah dia punya janji lain hingga tampak terburu-buru. Lelaki tua itu menjawab tidak, dia hendak ke rumah jompo untu k makan siang bersama istrinya, seperti yang dilakukannya sehari-hari. Dia menceritakan bahwa istrinya sudah dirawat di sana sejak beberapa waktu dan istrinya mengidap peny

Keajaiban Kasih Sayang

Oleh: Gede Prama Dunia yang semakin rumit. Ini potret zaman ini. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak berhasil membuat kompleksitas permasalahan di segala bidang menurun. Sebaliknya, di segala bidang muncul kerumitan-kerumitan yang semakin rumit. Di tengah kelangkaan jalan keluar, biasanya manusia menunggu datangnya keajaiban. Kebanyakan manusia mengira, keajaiban datang dari langit, lupa bahwa keajaiban yang paling ajaib datang dari dalam hati. Keajaiban dari dalam hati, muncul dalam keseharian yang penuh dengan kasih sayang. Kesembuhan Keajaiban kasih sayang yang pertama, muncul dalam bentuk kesembuhan. Dulunya, kasih sayang menyembuhkan hanya cerita di dunia spiritual. Sekarang, berlimpah riset yang mendukung penemuan ini. Salah satu riset yang paling sering dikutip dalam hal ini, adalah dua kelompok mahasiswa yang diminta menonton dua film berbeda. Keduanya air liurnya diambil sebelum dan setelah menonton film untuk melihat kekebalan tubuhnya. Hasilnya sangat me

Pilih Kawan atau Lawan?

Pilih Kawan atau Lawan? BAGAI musuh dalam selimut, kawan bisa berubah jadi lawan, apalagi jika menyoal promosi atau kenaikan jabatan. Ya, berita promosi jabatan adalah hal menggembirakan bagi Anda, tapi tidak bagi sahabat atau rekan seprofesi Anda di lingkungan kerja. Setelah ditelisik, ia teramat cemburu dengan kesuksesan yang Anda raih. Mengingat, Anda bekerja di dalam satu tim dan mengerjakan proyek bersama-sama. Bersahabat dengan rekan sekerja memang tidak ada masalah, "asalkan Anda tidak mencampuradukkan urusan pribadi ke dalamnya," ungkap konsultan karir, Novita Widyawati. Namun, perlu Anda pahami terlebih dulu, pola pertemanan yang terjalin antara Anda dengan rekan sekerja, imbuhnya. Tak dipungkiri, pola asuh dalam keluarga (internal) memegang peranan memunculkan perilaku positif atau negatif di lingkungan bekerja. Nilai. Semenjak kecil, orang tua kita telah menanamkan keyakinan, bahwa kita harus bisa menjadi yang terbaik. Hal inilah yang lalu membentuk po

Sajak Ibunda

Sajak Ibunda Oleh: WS Rendra Mengenangkan ibu adalah mengenang buah-buahan. Istri adalah makanan utama. Pacar adalah lauk pauk. Dan Ibu adalah pelengkap sempurna. Kenduri besar kehidupan. Wajahnya adalah langit senjakala : keagungan hari yang telah merampungkan tugasnya. Suaranya menjadi gema dari bisikan hati nuraniku. Mengingat ibu, aku melihat janji baik kehidupan. Mendengar suara ibu, aku percaya akan kebaikan hati manusia. Melihat foto ibu, Aku mewarisi naluri kejadian alam semesta. Berbicara dengan kamu, saudara-saudaraku, aku pun ingat bahwa kamu juga punya ibu. Aku jabat tanganmu, aku peluk kamu di dalam persahabatan. Kita tidak ingin saling menyakitkan hati, agar kita kita tidak saling menghina ibu kita masing-masing yang selalu, bagai bumi, air dan langit, membela kita dengan kewajaran. Maling punya ibu. Pembunuh punya ibu. Demikian pula koruptor, tiran, facist, wartawan amplop, dan anggota parlemen yang

Surat Wasiat Khadaffi

"Inilah surat wasiat saya. Saya, Moammar bin Mohammad bin Abdussalam bi Humayd bin Abu Manyar bin Humayd bin Nayil al Fuhsi Gaddafi, bersumpah bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasul Allah. Saya bersumpah akan mati sebagai Muslim. Jika saya terbunuh, saya ingin dikuburkan sesuai ritual Islam, dalam baju yang saya kenakan saat saya meninggal, tubuh saya tidak dimandikan, di pekuburan di Sirte, di samping keluarga dan kerabat saya. Saya minta keluarga saya, terutama anak-anak dan perempuan, diperlakukan dengan baik setelah kematian saya. Rakyat Liba harus melindungi identitasnya, prestasinya, sejarah, serta citra terhormat leluhur dan pahlawannya. Rakyat Libya tidak boleh mengabaikan pengorbanan orang-orang bebas dan terbaik. Saya mengajak para pendukung untuk melanjutkan perlawanan dan melawan agresor asing terhadap Libya, hari ini, esok, dan selamanya. Biarkan warga bebas dunia mengetahui bahwa kita bisa saja melakukan tawar-menawar dan menjual perka

Aku Ingin Melukis Rumah Untukmu, Anakku

Aku Ingin Melukis Rumah Untukmu, Anakku Sedang duduk kita di beranda Tangan-tangan kecilmu dan terang bola matamu Adakah bedanya Dengan gambar kecilku dulu Waktu kulukis rumah Tanpa pintu tanpa jendela Dan langit kelabu diatasnya Ingin kuhapus masa lalu Hari-hari terisak yang sukar engkau mengerti Sekarang dibelakangmu aku berdiri Sudahkah benar aku menjadi ayah Setelah memberimu beberapa Sesuatu yang tidak engkau pinta Namun aku harus melakukannya Selagi kental tinta kasih sayang kita Mungkin belum pudar persahabatan, kejujuran, Dan semua saja yang pernah kita bangun Menuliskan garis dan warna menawan Ingin aku melukis lagi sebuah rumah untukmu Dengan awan putih diatasnya Sebuah rumah yang terang Berpintu dan berjendela Agar bebas mengalir lalu lalang Bendera nurani kita 1995 Handrawan Nadesul

Perkuat Posisi di Masa Sulit

Perkuat Posisi di Masa Sulit Post on 29-Jul-10 by Intan Iskandar Dari hari ke hari, kita tak pernah dibuat lupa soal resesi yang sekarang ini tengah berlangsung. Media kian sering menjadikannya sebagai headline, lalu muncullah kekhawatiran itu: Apakah karier saya akan terpengaruh karenanya? Saat dihadapi dengan kemungkinan hilangnya pekerjaan, Anda punya dua pilihan. Entah itu membiarkan karier Anda dibayang-bayangi oleh rasa khawatir yang berlebihan atau justru memilih untuk menghadapi situasi tersebut dengan melakukan sesuatu untuk menghindarinya. Berikut beberapa sikap profesional yang perlu Anda rangkul agar untuk mempertahankan posisi Anda di perusahaan, bahkan menjadikan situasi buruk ini sebagai kesempatan untuk meningkatkan karier dalam jangka panjang. Tingkatkan Eksistensi Begitu kemungkinan pemutusan hubungan kerja ada di depan mata, bisa jadi insting pertama Anda adalah diam atau bahkan “ bersembunyi ” dan berharap bila tidak terlalu menonjol, nama Anda tid

Tuan Oeng dan Seorang Gadis Kecil

Kompas Minggu, 31 Oktober 2010 | 04:08 WIB Dari dalam toko mainannya, seorang pria tua yang biasa dipanggil Tuan Oeng oleh para pelanggannya menatap seorang gadis berseragam putih-merah yang sedang terpaku di depan kaca etalase toko. Sudah dua minggu ini di waktu yang sama, yaitu pukul 13.15, gadis itu selalu berdiri di depan etalase toko. ”Bisa aku bantu?” tegur Tuan Oeng tersenyum ramah. GADIS itu menoleh ke arah Tuan Oeng kemudian mengetuk kaca etalase. ”Berapa harga Lily?” tanya gadis itu kemudian. Tuan Oeng menoleh ke arah etalase dan menemukan sebuah boneka bergaun ungu yang ditunjuk oleh gadis berkepang dua itu. ”Lima puluh ribu rupiah,” jawabnya singkat. ”Mahal, ya...,” ujar gadis itu terdengar seperti menggumam. Ia kemudian melangkah meninggalkan toko dan pemiliknya. Keesokannya, Tuan Oeng kembali menemukan gadis kecil itu terpana di depan etalase. Matanya bergeming dari Lily yang telah dipajang sejak dua minggu lalu. Kali ini Tuan Oeng tak menegur. Ia