Skip to main content

Pilih Kawan atau Lawan?

Pilih Kawan atau Lawan?
BAGAI musuh dalam selimut, kawan bisa berubah jadi lawan, apalagi jika menyoal promosi atau kenaikan jabatan. Ya, berita promosi jabatan adalah hal menggembirakan bagi Anda, tapi tidak bagi sahabat atau rekan seprofesi Anda di lingkungan kerja. Setelah ditelisik, ia teramat cemburu dengan kesuksesan yang Anda raih. Mengingat, Anda bekerja di dalam satu tim dan mengerjakan proyek bersama-sama.
Bersahabat dengan rekan sekerja memang tidak ada masalah, "asalkan Anda tidak mencampuradukkan urusan pribadi ke dalamnya," ungkap konsultan karir, Novita Widyawati. Namun, perlu Anda pahami terlebih dulu, pola pertemanan yang terjalin antara Anda dengan rekan sekerja, imbuhnya.
Tak dipungkiri, pola asuh dalam keluarga (internal) memegang peranan memunculkan perilaku positif atau negatif di lingkungan bekerja.
  • Nilai. Semenjak kecil, orang tua kita telah menanamkan keyakinan, bahwa kita harus bisa menjadi yang terbaik. Hal inilah yang lalu membentuk pola pikir yang lalu diterjemahkan salah, yaitu mau melakukan apa saja untuk bisa menang. "Nilai ini sangat ekstrim dan justru bisa memunculkan tindakan tidak bermoral," ujar Novi.
  • Persepsi persaingan. Persaingan yang Anda alami bisa memunculkan pelbagai perilaku, dari sudut pandang diri sendiri maupun lingkungan. Contoh kecil, merasa tidak senang yang terus ditumbuhkan manakala melihat hasil kerja orang lain, seharusnya bisa menjadi cambuk bagi Anda, "Kalau dia bisa, saya pasti bisa!"  
  • Aspirasi dan ambisi. Setiap orang pasti memiliki tujuan dan motivasi yang berbeda, dalam hal ini bekerja dan berkarya. Jika tujuannya untuk mencapai prestasi, maka bisa disebut ambisi. Dari sebuah ambisi, muncullah aspirasi atau pemikiran untuk mencapainya. Hal ini termasuk menyingkirkan lawan atau rival di tempat kerja.
Ketrampilan interpersonal. Hati-hati menerapkan bahasa tubuh Anda, salah-salah bisa diterjemahkan salah oleh orang lain. Ingat, pernyataan ramah Anda bisa ditangkap sekedar basa-basi oleh lawan bicara. Sementara dari sisi eksternal, bisa pula menjadi pencetus konflik dalam persaingan yang tidak sehat. Lingkungan yang terbentuk, mulai dari atasan, teman sekerja, atau orang terdekat di kantor yang lalu membentuk gap atau kelompok yang acuh atau fanatik terhadap suatu pihak dapat memengaruhi perkembangan persaingan tidak sehat tersebut.
Selain itu. kesempatan promosi juga acap dijadikan ajang permainan politik kantor, sementara tanpa persiapan yang matang meliputi dukungan infrastruktur dan sistem organisasi, akan semakin memperparah kesempatan promosi, yang lalu bisa menyebabkan tersingkirnya kandidat utama.
Menghadapi Lawan
Sebagai individu yang terlibat dalam kompetisi di ranah pekerjaan, perlu kiranya Anda mengenali bentuk-bentuk persaingan sehat dan yang tidak sehat. Gunakanlah kebiasaan, budaya dan peraturan di kantor sebagai patokan Anda. Lalu, analisalah kekuatan diri. Jangan tumbuhkan sisi lemah Anda, karena saat Anda lengah, lawan bisa dengan mudah menekuk Anda.
Pahami pula, pertemanan dalam hubungan bisnis sangat berbeda dengan pertemanan di luar bisnis. Bersikaplah profesional, dan belajar saling menghormati dan menghargai. Yang terakhir, jangan segan mengakui keunggulan lawan, Anda justru bisa belajar banyak dari lawan, siapa tahu ia mau membagi pengalamannya.
Bila konflik sudah terlanjur terbuka, hadapi saja dan bicarakan empat mata. Jika jalan damai sulit ditempuh, segeralah meminta bantuan kepada pihak ketiga, baik itu atasan, mentor, atau konsultan internal perusahaan untuk menengahi konflik yang memanas.
Hindarilah sikap permusuhan, misalnya dengan sengaja memutuskan kontak atau hubungan, jangan berprasangka atau menduga-duga yang hanya akan melahirkan pikiran sesat. Sebaiknya hindari juga menerima gosip atau curhat ke pihak yang tidak bisa dipercaya. Dan yang terpenting, jangan mengotori moral Anda dengan melakukan perbuatan balas dendam kepada lawan.
Jika Anda hanya sebagai pengamat ditengah konflik yang terjadi diantara rekan kerja, sebaiknya posisikan diri Anda sebagai pihak netral, pun tidak terlibat jauh dalam konflik tersebut. Caranya:
  • ·         § Berikan bantuan jika diperlukan ketika persaingan sudah mengarah ke konflik terbuka.
  • ·         § Jangan ikut campur dalam permasalahan pribadi mereka, kecuali jika sudah mengganggu kelancaran urusan pekerjaan.
  • ·         § Hindari ikut-ikutan menambahkan bumbu pedas persaingan (gosip).
  • ·         § Tetaplah bersikap menghormati dan menghargai mereka.
  • ·         § Tidak perlu merasa canggung karena masalah ini tidak berkaitan dengan Anda.
  • ·         § Jika Anda terkena imbasnya, abaikan saja.
  • ·         § Kalau salah satu dari mereka mengajak Anda untuk berkubu, tolak mentah-mentah tapi jangan menutup tali silaturahmi.

Sumber: SMCN

Comments

Popular posts from this blog

Ten Thousand Lifetime

I will search for you through a Thousand Worlds and Ten Thousands of a Lifetime . Until I find you 47 ronin

Aku Ingin Melukis Rumah Untukmu, Anakku

Aku Ingin Melukis Rumah Untukmu, Anakku Sedang duduk kita di beranda Tangan-tangan kecilmu dan terang bola matamu Adakah bedanya Dengan gambar kecilku dulu Waktu kulukis rumah Tanpa pintu tanpa jendela Dan langit kelabu diatasnya Ingin kuhapus masa lalu Hari-hari terisak yang sukar engkau mengerti Sekarang dibelakangmu aku berdiri Sudahkah benar aku menjadi ayah Setelah memberimu beberapa Sesuatu yang tidak engkau pinta Namun aku harus melakukannya Selagi kental tinta kasih sayang kita Mungkin belum pudar persahabatan, kejujuran, Dan semua saja yang pernah kita bangun Menuliskan garis dan warna menawan Ingin aku melukis lagi sebuah rumah untukmu Dengan awan putih diatasnya Sebuah rumah yang terang Berpintu dan berjendela Agar bebas mengalir lalu lalang Bendera nurani kita 1995 Handrawan Nadesul