Skip to main content

Posts

Showing posts from 2016

Abadi

Sebelum hari berlalu Sebelum senja memudar  Sebelum menjadi abu...  Kan kukatakan satu Hari hari bersamamu abadi selalu

Kenangan

Mari abadikan kenangan. Baik dan buruknya perjalanan masa lalu telah mengantarkan kita ke masa kini. Abadikan saja, jangan dibawa ke masa depan...

Hujan

Kenapa kita mengenang banyak hal ketika hujan turun ? Karena kenangan sama seperti hujan. Ketika dia datang kita tidak bisa menghentikannya Bagaimana kita akan menghentikan tetes air yang turun dari langit..? Hanya bisa ditunggu, hingga selesai dengan sendirinya Dengan hujanlah, air mata menitik tersamar

Kita yang lalai

* Hikmah Sufi* Seorang Guru Sufi ditanya tentang 2 keadaan manusia: 1. Manusia rajin sekali ibadahnya, namun sombong, angkuh dan selalu merasa suci. 2. Manusia yangg sangat jarang ibadah, namun akhlaknya begitu mulia, rendah hati, santun, lembut dan cinta dengan sesama. Lalu Sang Guru Sufi menjawab: Keduanya baik; @ Boleh jadi suatu saat si ahli ibadah yang sombong menemukan kesadaran tentang akhlaknya yang buruk dan dia bertaubat lalu ia akan menjadi pribadi yang baik lahir dan batinnya. @ Dan yang kedua bisa jadi sebab kebaikan hati-nya, Allah akan menurunkan hidayah lalu ia menjadi ahli ibadah yang juga memiliki kebaikan lahir dan batin. Kemudian orang tersebut bertanya lagi, lalu siapa yg tidak baik kalau begitu...??? Sang Guru Sufi menjawab: "Yang tidak baik adalah kita, orang ketiga yang selalu mampu menilai orang lain, namun lalai dari menilai diri sendiri".

Mengenangmu

Quote ini menggambarkanku

Puisiku

Mengenangmu adalah cinta Tatapanmu adalah matahari hati, Air matamu adalah sungai kehangatan, Genggammu adalah harapan, ku pernah berjanji menjaganya Ucapmu adalah pelita, Kehilanganmu adalah petaka, yang membuatku berpuisi sepanjang hidup 25102013

Aku (tidak) mengenang luka

Aku (tidak) mengenang luka Sekarang Aku tidak mengenang luka Yang kau torehkan padaku Bukan, bukan itu Aku mengenang, adakah aku Memberimu luka dahulu Pada saat saat engkau bersamaku Saat awal bertemu, Satu tangismu kutemui Kau bicara tentang luka cinta pertama Tangisan keduamu yang kutemui Adalah saat aku berpisah darimu Berpuluh pisau menusuk Sekarang aku tak ingin memberimu tangis ketiga Aku merindumu Juga aku tak mampu memelukmu lagi Cukuplah kau tahu Ternyata cinta saja tak cukup untuk menyatukan mimpi yang berbeda

Kujejakkan kaki

Direlung relung Borobudur, memberi arti perjalanan

Hanya Amalmu

Wisnhutama

NAK... KEMANA BAPAKMU?

*Renungan bagi ayah/calon ayah Waktu itu jam shalat isya, saya bertemu dengan dua bocah adik kakak dimesjid tak jauh dari rumahku. Mereka berusia skitar 3 dan 5 tahunan. Rambut yang lusuh, pakaian habis main dan samping yang melorot ga terikat kuat ciri khas bocah itu. Kadang ingus nya menghiasi hidungnya sesekali. Stiap saya shalat disana, mereka berdua selalu ikut shalat di mesjid itu. Seperti anak lain umumnya, mereka masih main di dalam shalat. Tapi saya sedikit salut pada dua anak itu. Sebab ga ada orang yang nyuruh, tapi mereka ikut aja shalat berjamaah sama orang dewasa. Bahkan sampai selesai sholat. Renungan: Bagaimana dengan kita? Kita disuruh shalat tetap aja susah. Apalagi gak disuruh???. --- Malam itu saya iseng tanya yang paling kecil adiknya, "kalo bapak ada? Tanya saya. "ada", jawab dengan cadel. "Kalo bapak, ga ikut sholat berjamaah?" tanya iseng saya "Nggak", sambil geleng geleng kepala. "Kenapa bapak g

Siapa yang menolongmu ke SURGA?

Bicara ttg sahabat2 kita yg sdh berpulang...semoga tidak seperti cerita ini...semoga grup kita beda.  Sekedar mengingatkan dan makin mempererat silaturahmi kita saat reuni nanti dan seterusnya Siapa yang menolongmu ke SURGA? Suatu hari saya bersenggolan dengan seseorang yang tidak saya kenal. “Oh, maafkan saya,” reaksi spontan saya. Ia juga berkata: “Maafkan saya juga.” Orang itu dan saya berlaku sangat sopan. Kami pun berpisah dan mengucapkan salam. Namun cerita jadi lain, begitu sampai di rumah. Pada hari itu juga, saat saya sedang menelphone salah satu kolega terbaik saya, dengan bahasa sangat lembut dan santun untuk meraih simpati kolega saya itu, tiba2 anak lelaki saya berdiri diam-diam di belakang saya. Saat saya berbalik, hampir saja membuatnya jatuh. "Minggir!!! Main sana, ganggu saja!!!" teriak saya dengan marah. Ia pun pergi dengan hati hancur dan merajuk. Saat saya berbaring di tempat tidur malam itu, dengan halus, Tuhan berbisik, "Akan kusuruh malaikat