Berkat rahmat Allah Yang
Mahakuasa, saya dipertemukan dengan hamba-Nya yang satu ini. Beliau adalah
seorang leader yang selalu mengayomi, memberikan bimbingan, semangat,
inspirasi, ide dan gagasan segar. Beliau seorang pemimpin yang mampu
menggerakkan ratusan hingga ribuan anak buahnya. Beliau seorang guru yang
memiliki lautan ilmu, yang selalu siap ditimba oleh anak-anaknya dan bagai
tiada pernah habis.
Saat ini beliau memiliki
berbagai macam bidang usaha, di antaranya sebagai supplier dan distribusi alat
dan produk kesehatan, puluhan hektar tambak, puluhan hektar ladang, berpuluh
rumah kos, ruko, stand penjualan di mall, apartemen dan lain-lain. Pernah saya
mencoba menghitung, penghasilan beliau bisa mencapai Rp 1 Milyar per bulannya.
Sebuah pencapaian luar biasa bagi saya dan kebanyakan orang lain.
Pertemuan antara saya dan
beliau yang saya ceritakan di bawah ini terjadi beberapa tahun yang lalu, di
saat penghasilan beliau masih berkisar Rp 200 juta per bulan. Bagi saya, angka
ini pun sudah bukan main dahsyatnya. Sengaja saya tidak menyebutkan namanya,
karena cerita ini saya publish belum mendapatkan ijin dari beliau. Kita ambil
wisdomnya saja ya.
Suatu hari, terjadilah
dialog antara saya dengan beliau di serambi sebuah hotel di Bandung . Saya
ingat, beliau berpesan bahwa beliau senang ditanya. Kalau ditanya, maka akan
dijelaskan panjang lebar. Tapi kalau kita diam, maka beliau pun akan
"tidur". Jadilah saya berpikir untuk selalu mengajaknya ngobrol.
Bertanya apa saja yang bisa saya tanyakan.
Sampai akhirnya saya
bertanya secara asal, "Pak, Anda saat ini kan bisa dibilang sukses. Paling
tidak, lebih sukses daripada orang lain. Lalu menurut Anda, apa yang menjadi
rahasia kesuksesan Anda?"
Tak dinyana beliau
menjawab pertanyaan ini dengan serius. " Ada empat hal yang harus Anda
perhatikan," begitu beliau memulai penjelasannya.
RAHASIA PERTAMA
"Pertama. Jangan
lupakan orang tuamu, khususnya ibumu. Karena ibu adalah orang yang melahirkan
kita ke muka bumi ini. Mulai dari mengandung 9 bulan lebih, itu sangat berat.
Ibu melahirkan kita dengan susah payah, sakit sekali, nyawa taruhannya. Surga
di bawah telapak kaki ibu. Ibu bagaikan pengeran katon (Tuhan yang kelihatan).
Banyak orang sekarang
yang salah. Para guru dan kyai dicium tangannya, sementara kepada ibunya tidak
pernah. Para guru dan kyai dipuja dan dielukan, diberi sumbangan materi jutaan
rupiah, dibuatkan rumah; namun ibunya sendiri di rumah dibiarkan atau diberi
materi tapi sedikit sekali. Banyak orang yang memberangkatkan haji guru atau
kyainya, padahal ibunya sendiri belum dihajikan. Itu terbalik.
Pesan Nabi : Ibumu,
ibumu, ibumu... baru kemudian ayahmu dan gurumu.
Ridho Allah tergantung
pada ridho kedua orang tua. Kumpulkan seribu ulama untuk berdoa. Maka doa ibumu
jauh lebih mustajabah." Beliau mengambil napas sejenak.
RAHASIA KEDUA
"Kemudian yang
kedua," beliau melanjutkan. "Banyaklah memberi. Banyaklah bersedekah.
Allah berjanji membalas setiap uang yang kita keluarkan itu dengan berlipat
ganda. Sedekah mampu mengalahkan angin. Sedekah bisa mengalahkan besi. Sedekah
membersihkan harta dan hati kita. Sedekah melepaskan kita dari marabahaya.
Allah mungkin membalas sedekah kita dengan rejeki yang banyak, kesehatan,
terhindarkan kita dari bahaya, keluarga yang baik, ilmu, kesempatan, dan
lain-lain.
Jangan sepelekan bila ada
pengemis datang meminta-minta kepadamu. Karena saat itulah sebenarnya Anda
dibukakan pintu rejeki. Beri pengemis itu dengan pemberian yang baik dan sikap
yang baik. Kalau punya uang kertas, lebih baik memberinya dengan uang kertas,
bukan uang logam. Pilihkan lembar uang kertas yang masih bagus, bukan yang
sudah lecek. Pegang dengan dua tangan, lalu ulurkan dengan sikap hormat kalau
perlu sambil menunduk (menghormat). Pengemis yang Anda beri dengan cara seperti
itu, akan terketuk hatinya, “Belum
pernah ada orang yang memberi dan menghargaiku seperti ini.” Maka terucap atau
tidak, dia akan mendoakan Anda dengan kelimpahan rejeki, kesehatan dan
kebahagiaan.
Banyak orang yang keliru
dengan menolak pengemis yang mendatanginya, bahkan ada pula yang menghardiknya.
Perbuatan itu sama saja dengan menutup pintu rejekinya sendiri.
Dalam kesempatan lain,
ketika saya berjalan-jalan dengan beliau, beliau jelas mempraktekkan apa yang
diucapkannya itu. Memberi pengemis dengan selembar uang ribuan yang masih bagus dan memberikannya dengan dua tangan
sambil sedikit membungkuk hormat. Saya lihat
pengemis itu memang berbinar dan
betapa berterima kasihnya.
RAHASIA KETIGA
"Allah berjanji
memberikan rejeki kepada kita dari jalan yang tidak disangka-sangka," begitu beliau mengawali
penjelasannya untuk rahasia ketiganya.
"Tapi sedikit orang yang tahu, bagaimana caranya supaya itu cepat
terjadi? Kebanyakan orang hanya menunggu.
Padahal itu ada jalannya."
"Benar di Al Quran
ada satu ayat yang kira-kira artinya : Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya diadakan-Nya jalan
keluar baginya dan memberinya rejeki
dari jalan/pintu yang tidak diduga-duga", saya menimpali (QS Ath Thalaq 2-3).
"Nah, ingin tahu
caranya bagaimana agar kita mendapatkan rejeki yang tidak diduga-duga?," tanya beliau.
"Ya, bagaimana
caranya?" jawab saya. Saya pikir cukup dengan bertaqwa, menjalankan perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya, maka Allah akan mengirim rejeki itu datang untuk kita.
"Banyaklah menolong
orang. Kalau ada orang yang butuh pertolongan, kalau ketemu orang yang kesulitan, langsung Anda
bantu!" jawaban beliau ini membuat
saya berpikir keras. "Saat seperti itulah, Anda menjadi rejeki yang
tidak disangka-sangka bagi orang itu. Maka
tentu balasannya adalah Allah akan
memberikan kepadamu rejeki yang tidak disangka-sangka pula."
"Walau pun itu orang
kaya?" tanya saya.
"Ya, walau itu orang
kaya, suatu saat dia pun butuh bantuan. Mungkin dompetnya hilang, mungkin ban mobilnya bocor, atau apa saja. Maka jika Anda
temui itu dan Anda bisa menolongnya, segera
bantulah."
"Walau itu orang
yang berpura-pura? Sekarang kan banyak orang jalan kaki, datang ke rumah kita, pura-pura minta sumbangan
rumah ibadah, atau pura-pura belum
makan, tapi ternyata cuma bohongan. Sumbangan yang katanya untuk rumah
ibadah, sebenarnya dia makan sendiri,"
saya bertanya lagi.
"Ya walau orang itu
cuma berpura-pura seperti itu," jawab beliau. "Kalau Anda tanya, sebenarnya dia pun tidak suka melakukan
kebohongan itu. Dia itu sudah
frustasi karena tidak bisa bekerja atau tidak punya pekerjaan yang benar. Dia itu butuh makan, namun sudah buntu
pikirannya. Akhirnya itulah yang bisa
dia lakukan. Soal itu nanti, serahkan pada Allah. Allah yang menghakimi perbuatannya, dan Allah yang membalas
niat dan pemberian Anda."
RAHASIA KEEMPAT
Wah, makin menarik, nih.
Saya manggut-manggut. Sebenarnya saya tidak menyangka kalau pertanyaan asal-asalan saya tadi berbuah jawaban yang
begitu serius dan panjang. Sekarang
tinggal satu rahasia lagi, dari empat rahasia seperti yang dikatakan beliau sebelumnya.
"Yang keempat nih,
Mas," beliau memulai. "Jangan mempermainkan wanita".
Hm... ini membuat saya
berpikir keras. Apa maksudnya. Apakah kita membuat janji dengan teman wanita, lalu tidak kita tepati?
Atau jangan biarkan wanita menunggu?
Seperti di film-film saja.
"Maksudnya begini.
Anda kan punya istri, atau suami. Itu adalah pasangan hidup Anda, baik di saat susah maupun senang.
Ketika Anda pergi meninggalkan rumah
untuk mencari nafkah, dia di rumah menunggu dan berdoa untuk keselamatan dan kesuksesan Anda. Dia ikut bersama Anda di kala Anda
susah, penghasilan yang pas-pasan,
makan dan pakaian seadanya, dia mendampingi Anda dan mendukung segala usaha Anda untuk berhasil."
"Lalu?" saya
tak sabar untuk tahu kelanjutan maksudnya.
"Banyak orang yang
kemudian ketika sukses, uangnya banyak, punya jabatan, lalu menikah lagi. Atau mulai bermain wanita (atau
bermain pria, bagi yang perempuan).
Baik menikah lagi secara terang-terangan, apalagi diam-diam, itu menyakiti hati pasangan hidup Anda. Ingat,
pasangan hidup yang dulu mendampingi
Anda dikala
susah, mendukung dan berdoa untuk kesuksesan Anda.
Namun ketika Anda
mendapatkan sukses itu, Anda meninggalkannya. Atau Anda menduakannya."
Oh... pelajaran monogami
nih, pikir saya dalam hati.
"Banyak orang yang
lupa hal itu. Begitu sudah jadi orang besar, uangnya banyak, lalu cari istri lagi. Menikah lagi. Rumah
tangganya jadi kacau.
Ketika merasa
ditinggalkan, pasangan hidupnya menjadi tidak rela. Akhirnya uangnya habis untuk biaya sana-sini. Banyak orang
yang jatuh karena hal seperti ini.
Dia lupa bahwa pasangan hidupnya itu sebenarnya ikut punya andil dalam kesuksesan dirinya," beliau
melanjutkan.
Hal ini saya buktikan
sendiri, setiap saya datang ke rumahnya yang di Waru Sidoarjo, saya menjumpai beliau punya 1 istri, 2
anak laki-laki dan 1 anak perempuan.
Perbincangan ini ditutup
ketika kemudian ada tamu yang datang....
oleh: Probo Jatmiko
Comments